Wednesday, February 20, 2013

CUT NYAK DIEN DI PENGASINGAN

Cut Nyak Dhien

   Cut Nyak Dien adalah sosok pahlawan wanita dari Aceh Barat yang mendapat julukan Srikandi Indonesia, beliau merupakan Inspirasi kaum wanita dunia yang menghilangkan kata atau rasa wanita adalah kaum lemah, wanita bisa juga menjadi seorang pemimpin yang gagah berani seperti kaum laki-laki, Cut Nyak Dien telah membuktikan hal tersebut pada tahun 1873.

   Cut Nyak Dien anak Teuku Nanta Seutia, ibunya anak bangsawan dari lampagar. Kakaknya Cut Nyak Dien adalah Teuku Rayut. Cut Nyak Dien dilahirkan tahun 1848 dan dari sejak kecil Cut Nyak Dien mendapat pendidikan agama dan pasif berbahasa arab dari lingkungan bangsawan-bangsawan Aceh.

Meletusnya Perang Aceh Tanggal 4 Juni 1873 

   Suami Cut Nyak Dien yang pertama adalah Teuku Ibrahim dari Lamnga, anak dari Teuku Abas Ujung Aron. dari hasil perkawinan Teuku Ibrahim dengan Cut Nyak Dien di karuniai anak perempuan bernama Cut Gambang. Suami Cut Gambang bernama Teuku Mayet Ditiro, yang keduanya meninggal di tembak belanda secara bersamaan.

   Cut Nyak Dien menikah laki dengan panglima perangnya bernama Teuku Umar Johan Pahlawan. Teuku Umar tertembak Belanda pada tanggal 11 februari 1899 di pesisir pantai Ujung Kalak Meulaboh. 


Anda ingin melihat Film perjuangan Cut Nyak Dien klik situsnya dibawah ini :


   Cut Nyak Dien di tangkap Belanda tanggal 6 November 1905, atas laporan panglima perangnya Teuku Pang Laot kepada Belanda. Laporan Panglima Pang Laot bukan mengkhianatinya, tetapi merasa kasihan kerena Cut Nyak Dien sudah sangat menyedihkan, matanya sudah tidak bisa melihat, tapi dengan syarat Cut Nyak Dien tidak boleh dianiaya atau di asingkan. Tapi Belanda merasa takut banyak gerilyawan yang masih tunduk atas perintah Cut Nyak Dien, pada tanggal 11 Desember 1906, Cut Nyak Dien di buang ke Sumedang bersama seorang panglima perang dan seorang anak laki-laki berumur 5 tahun bernama Teuku Nana. Pada waktu itu nama Gubernur Jenderal Belanda J.B.V Heuts, yang menerima Cut Nyak Dien ketika tiba di Sumedang. Waktu itu Bupati Sumedang Pangeran Aria Suria Atmaja Pangeran Mekkah anak dari Pangeran Aria Kusumah Asinata Pangeran Sugih. Beliau cucunya Pangeran Suria Atmaja Pangeran Kornel yang membuat jalan Cadas pangeran Sumedang.

   Untuk perawatan Cut Nyak Dien, Pangeran Aria Suria Atmaja menyerahkan kepada seorang Ulama Masjid Agung Sumedang yang telah mendapat gelar Penghulu bernama K.H. Sanusi. Tapi waktu itu rumah K.H Sanusi sedak di perbaiki, maka untuk sementara Cut Nyak Dien di titipkan dulu di rumah H. Ilyas kira-kira 2-3 minggu, yang selanjutnya dibawa kerumah K.H.Sanusi sampai wafat.


   K.H Sanusi hanya satu tahun merawat Cut Nyak Dien, karena beliau meninggal tahun 1907, dimakamkan di Gunung Puyuh. Dan perawatan Cut Nyak Dien dilanjutkan oleh anak K.H Sanusi bernama H. Husna, sampai Cut Nyak Dien Wafat tanggal 6 November 1908 dan dimakamkan di lokasi Makam Keluarga H. Husna di Gunung Puyuh, Desa Sukajaya, Kecamatan Sumedang Selatan.

   Kegiatan Cut Nyak Dien selama dalam perawatan H. Husna walaupun matanya sudah tidak bisa melihat, tapi masih bisa memberikan pelajaran mengaji khususnya kepada ibu-ibu warga Kaum, umumnya warga Sumedang, sehingga Cut Nyak Dien mendapat julukan Ibu Perbu atau Ibu Ratu. Masyarakat Sumedang menyebutnya Ibu Suci.

   Selama Cut Nyak Dien di Sumedang, semua keperluannya sangat di perhatikan oleh Pangeran Aria Suria Atmaja, karena Cut Nyak Dien tidak mau menerima pemberian dari Belanda dan yang paling dekat dengan Cut Nyak Dien adalah anak H. Husna bernama Siti Khodijah. Siti Khodijah wafat tahun 1967 dimakamkan di Gunung Puyuh. Cut Nyak Dien berkomunikasi hanya dengan K.H Sanusi, H. Husna, Siti Khodijah, itupun dengan bahasa Arab. Karena Cut Nyak Dien tidak bisa berbahasa Sumedang.


   Setelah Cut Nyak Dien Wafat, Teuku Nana tinggal di Sumedang dan menikah dengan gadis dari Cipada bernama Iyoh sampai mempunyai tiga orang anak yaitu Maskun, Ninih dan Sahria. Dan pada tahun 1930 Teuku Nana, istri dan anak-anaknya pulang ke Aceh dan tidak kembali ke Sumedang.

   Rumah bekas tempat tinggal Cut Nyak Dien berukuran 12 x 14 m, tinggi 1 m. Bekas kamar tidur Cut Nyak Dien berukuran 3 x 5 m. Ranjangnya berukuran 2 x 2 m besi. Rumah tersebut dipugar tahun 1979 persis belakang Masjid Agung Sumedang.

   Dari sebelum tahun 1950, masyarakat tidak ada yang mengetahui itu makam pahlawan Nasional Cut Nyak Dien, tapi makam Ibu Perbu. Baru diketahui setelah H. Husna wafat tahun 1948, bahwa itu makam Cut Nyak Dien.

Gerbang Makam Cut Nyak Dhien


   Pada tahun 1962, Rd.Oemar Sumantri anak Siti Khodijah, memberi ijin untuk upacara sederhana mengenang jasa-jasa Cut Nyak Dien ke sebelah barat. Pada tahun 1972, makam Cut Nyak Dien direnovasi oleh pemerintah daerah Sumedang dan pada tahun 1987, bangunan tersebut direnovasi kembali oleh Bapak Bustanil Arifin, Menteri Bulog bersamaan dengan mendirikan Meunasah atau Mushola yang di resmikan oleh Gubernur NAD Bapak Ibrahim Hasan.

  Jalan Menuju Makam


   Pada tahun 2008, KAMAS = Keluarga Masyarakat Aceh Sumedang, Ir. Rusdi Abdul Thalib sebagai ketuanya, bekerja sama dengan pemerintah daerah Sumedang, merenovasi sarana jalan ke makam, penerangan,meunasah diganti sirap, kamar kecil, tempat wudlu, mengecat makam dan meunasah.

   Demikian silsilah dan riwayat seorang pahlawan wanita Cut Nyak Dien Srikandi Indonesia yang berjiwa ksatria membela bangsa, negara, dan agama dengan iklas tanpa di gaji. Dan kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia wajib mengikuti jejak langkah perjuangannya dan keagungan jiwanya. Semoga arwah Cut Nyak Dien dan para pejuang pembela tanah air Indonesia mendapat tempat yang layak di sisi Allah SWT sekaligus menjadi ahli surga.



Makam Cut Nyak Dhien

   Kini makam Cut Nyak Dien banyak di kunjungi oleh masyarakat untuk memberi doa atas perjuangannya, dan juga banyak warga Aceh yang ada di sekitar Sumedang dan  Jakarta melepas Nazar atau ka'oi atas niat hatinya bila tercapai tujuan yang di harapkan.


Sembelih Kambing Peulheuh Ka 'oi ( Nazar )


Jakarta, 10 Februari 2013
Penulis Sani Fenaro 
 

10 comments:

  1. Mantap, lanjutkan berkarya terus tanpa pernah berhenti dengan niat ikhlas karena Allah, moga sukses di dunia sukses di akhirat, amin!

    ReplyDelete
  2. Tq banget ya atas publikasi ini. Mudah2 Allah memberkati atas usaha dan jerih payah anda.

    ReplyDelete
  3. Amiiin Ya Allah, Semoga tulisan ini bermanfaat

    ReplyDelete
  4. terimakasih.............untuk infonya slam kenal.kunjungi jg http://aqshamadina.blogspot.com/

    ReplyDelete
  5. Assalamualaikum. tumpang tanya,
    Siapakah Teuku Nana dan hubungan dengan Cut Nya Dien?
    Apa yang terjadi dengan anaknya, Cut Gambang?

    ReplyDelete
  6. Kalo.di film teuku nana itu si agam...anak kecil yg disayang pang laot dan cut nyak dien

    ReplyDelete